Tuesday, June 29, 2010

Maafkan dan Lupakan

Rasanya seperti melayang, berjalan sempoyongan di tepi pantai. Membiarkan pecahan ombak menerpa kaki-kaki lemah saya seraya membasuh sisa-sisa butiran pasir yang menempel di sana. Mata saya cermat mengamati buih-buih ombak yang merambat menepi di bibir pantai, saat itu saya menengok ke belakang dan mendapati jejak kaki saya di pasir hilang tersapu, menyatu kembali menjadi dataran pasir yang rata bagai tanpa cela.

Bagaikan orang yang terlukai hatinya, ingin rasanya saya menulis di atas pasir "KAMU MENYAKITI HATI SAYA ... SAKIT SEKALI". Sambil berjalan di pinggir pantai ditemani tiupan angin pantai yang membawa aroma air laut. Tepian pantai yang tidak tampak dimana ujungnya bagaikan sebuah lorong waktu yang entah kapan berhenti dan selesai, hanya Allah yang tahu.

Karena kebesaran Allah SWT saya masih bisa berjalan dan menikmati apa yang sedang saya alami. Biasanya orang yang tersakiti hatinya terpuruk bagaikan tercebur dan tenggelam di tengah lautan tanpa keahlian berenang untuk menyelamatkan diri. Walaupun saya tidak begitu lihai berenang, tapi dengan segala keterbatasan saya, saya mencoba mengangkat diri saya naik ke permukaan demi sebuah udara untuk bernafas dan bertahan.

Allah Maha Adil, ya! Saya percaya itu. Beliau telah menunjukkannya kepada saya. Ternyata Allah tidak akan pernah membiarkan hambaNya yang lemah terpuruk dan terus tersakiti. Allah mengirimkan dia kembali pada saya untuk menyelamatkan saya dari keterpurukan. Allah Maha Besar.

Justru yang menyakiti, dia juga lah yang menyembuhkan. Tangan yang tadinya begitu keras memukul saya, tangan itu juga yang menganggkat saya ke permukaan supaya saya tidak tenggelam. Lengan yang tadinya begitu dingin mencampakkan saya, lengan itu juga lah yang merengkuh saya dalam dekapan hangat yang mampu menghilangkan rasa takut saya: takut akan kehilangan.

Sekarang dia dengan tangannya menggandeng tangan saya yang lemah membimbing dan membantu saya melawan rasa takut yang saya hadapi. Kali ini saya ingin terus memegang erat tangannya seraya menulis di batu "KAMU MENYEMBUHKAN LUKA HATI SAYA"

Ketika seorang melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila sesuatu yang luar biasa baik terjadi, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar takkan pernah bisa hilang tertiup angin.

Bagaikan berjalan di tepian pantai, membiarkan pecahan ombak menerpa kaki-kaki lemah saya seraya membasuh sisa-sisa butiran pasir yang menempel di sana. Menyusuri tepian pantai yang tidak tampak dimana ujungnya bagaikan sebuah lorong waktu, berjalan maju terus ke depan bagaikan berjalan menatap masa depan dan saat kita menengok ke belakang, kita melihat masa lalu yang penuh jejak suka dan luka. Membiarkan ombak menghapus jejak kita di pasir yang telah kita lewati dan membuat dataran pasir menjadi kembali rata bagai tanpa cela. Sama halnya dengan membiarkan yang terjadi di masa lalu dan melupakannya.

Dalam masa pembelajaran saya di Universitas Kehidupan kali ini, saya sedang mendalami sebuah mata pelajaran "MAAFKAN DAN LUPAKAN". Dan saya berjanji pada diri saya sendiri, saya harus lulus dan melewati mata pelajaran yang sulit ini dengan cukup baik. Saya tidak akan memaksakan diri mendapatkan nilai 'baik', 'cukup baik' saja rasanya sudah cukup ... untuk saat ini ...

2 comments: